Senin, 27 Februari 2017

Tunanetra (Pengertian,Klasifikasi,Penyebab dan Layanan Pendidikan Tunanetra)

Related image

A. Pengertian dan Klasifikasi Anak Tunanetra

          Menurut Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman, dan Paige C. Pullen (2009: 380), mengemukakan “Legally blind is a person who has visual acuity of 20/200 or less in the better eye even with correction (e.g., eyeglasses) or has a field of vision so narrow that its widest diameter subtends an angular distance no greater than 20 degrees”. Definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa Tunanetra adalah seseorang yang memiliki ketajaman visual 20/200 atau kurang pada mata/penglihatan yang lebih baik setelah dilakukan koreksi (misalnya kacamata) atau memiliki bidang penglihatan begitu sempit dengan diameter terlebar memiliki jarak sudut pandang tidak lebih dari 20 derajat. Definisi tersebut diperkuat dengan pengertian menurut Barraga, 1983 (dalam Wardani dkk, 2007: 4.5) bahwa: Anak yang mengalami ketidakmampuan melihat adalah anak yang mempunyai gangguan atau kerusakan dalam penglihatannya sehingga menghambat prestasi belajar secara optimal, kecuali jika dilakukan penyesuaian dalam pendekatan-pendekatan penyajian pengalaman belajar, sifat-sifat bahan yang digunakan, dan/atau lingkungan belajar.
           Ada beberapa Klasifikasi Anak Tunanetra yaitu sebagai berikut:
1.Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:
a.Tunanetra sebelum dan sejak lahir
b.Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
c.Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
d.Tunanetra pada usia dewasa
e.Tunanetra dalam usia lajut.
2.Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:
a.Tunanetra ringan (low visison)
b.Tunanetra berat (total blind)
3.Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata: 
a. Myopia;adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.
b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidak beresan pada kornea mata.


B. Penyebab, Kapan dan Bagaimana Terjadinya Tunanetra
Image result for tunanetra


Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami Tunanetra, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pada Masa Pre-natal (pada saat dalam kandungan)
a. Faktor keturunan, yang mempengaruhi gen anak ketika masih dalam kandungan sehingga anak tersebut mengalami ketunaan.

b. Perkawaninan sedarah. Seseorang yang menikah dengan saudarnya sendiri ataupun dengan sepupunya yang masih memiliki hubungan darah yang dekat biasanya sepupu 1 atau 2 kali) kemungkinan besar akan memiliki anak yang mengidap Tunanetra.

c. Penyakit sifilis/ raja singa/ rubella
Penyakit sifilis merupakan penyakit kotor yang menyerang alat kelamin. Penyakit ini disebut raja singa, karena sangat jahat. Bila penyakit ini menyerang seorang ibu, maka kuman-kuman sifilis akan terus merambat ke dalam kandungan. Maka situasi dalam kandungan kotor, anak harus lahir melalui saluran yang tidak bersih, akibatnya mata dan indra lainnya akan iktu terganggu atau bahkan anak menjadi buta dan masih disertai kecacatan lainnya.

d. Malnutrisi berat
Kekurangan gizi yang sangat berat pada tahp embrional ( pertumbuhan anak dalam kandungan mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-8 ) akan menimbulkan kelainan-kaelainan yang sangat kompleks. Kekompleksan ini akan mengganggu susunan saraf pusat dan mata. Malnutrisi berat ini menyangkut kekurangan kalori, protein, kalsium, jodium, serta vitamin A, C, D, E. Semua nutrisi sangat dibutuhkan pada tahap embrional untuk pertumbuhan dasar organ khususnya otak.

e. Ibu mengidap TBC.


2. Pada masa Natal(saat kelahiran)

a.Pengaruh alat bantu medis.
Ibu yang mengalami kesulitan saat melahirkan biasanya dibantu dengan menggunakan alat medis. Alat ini berbentuk seperti tang untuk membantu mengeluarkan bayi. Sebab bila tidak dikeluarkan bayi akan kehabisan oksigen dan dapat mengakibatkan kematian. Namun bila terjadi kesalahan dalam penggunaan alat ini, seperti tidak sengaja menjepit syaraf mata akan menyebabkan kebutaan.

b.Kecelakaaan yang dialami anak, baik langsung dan tidak langsung mengenai bola mata dapat menyebabkan ketunanetraan. Misalnya kepala terbentur benda keras, bola mata yang kemasukan benda asing, dan lain-lain.

3. Pada masa Post-natal (setelah kelahiran/masa perkembangan)
a. Mengalami kecelakaan.
b.Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh. Ketahanan tubuh terhadap infeksi. Kehadiran vitamin A menyebabkan badan lebih efisien dalam menggunakan protein yang dikonsumsi. Vitamin A berpengaruh dalam kegiatan berbagai macam hormon .pada anak-anak kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya.

c.Diabetes melitus
Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh. Tubuh tidak cukup memproduksi insulin. Akibatnya produksi gula darah meningkat dari normal. Gangguan metabolisme ini akan merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan pembuluh darah.Diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetes, Retinopati diabetesb adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes melitus.


d. Mengalami Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah kanker pada mata yang umumnya dialami oleh anak-anak, namun dapat juga dialami oleh orang dewasa. Retinoblastoma menyerang selaput jala mata atau retina yang terletak pada dinding mata sebelah dalam. Retinoblastoma dapat menyerang salah satu atau kedua mata. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.


e. Terkena zat-zat kimia berbahaya seperti ; etanol, aseton, asam sulfat dan asam tannat yang akan sangat berbahaya sekali jika menghenai kornea mata.


f.Glaucoma ini merupakan penyakit mata yang disebabkan karena tekanan cairan bola mata yang terlalu tinggi, sehingga boal mata dapat pecah dan menjadi buta.


         Kita telah mengetahui bahwa ketunanetraan bias terjadi sejak lahir maupun setelah lahir. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan diri seorang tunanetra. Dalam terjadinya kerusakan visual kita dapat melihat dari dua factor yaitu: Usia dan saat terjadinya kerusakan penglihatan dan bagaimana terjadinya kerusakan penglihatan. Kedua factor tersebut menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap diri tunanetra.
        Tunanetra yang kehilangan penglihataanya sebelum usia 5 tahun atau usia 7 
tahun akan kehilangan gambaran visualnya yang berguna. Anak ini menggantungkan dirinya pada indera non visual dan memerlukan pendidikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan mereka.
        Tunanetra yang kehilangan penglihatannya setelah unur 7 tahun mereka masih dapat menahan ingatan visualnya dan warna, sehingga masih dapat dimanfaatkan dalam proses belajarnya. Akan tetapi anak tersebut tidak mampu mengadakan pengamatan visual yang baru (B. Lowenfeld).
Saat terjadinya ketunanetraan pada seorang juga berakibat terhadap keterbatasan yang dimiliki tunanetra , yang oleh B Lowwnfeld disebutkan ada keterbatasan yaitu keterbatasan dalam lingkup dan keanekaragaman pengalaman, keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan, keterbatasan dalam kemampuan berpindahpindah tempat.Bagaimana terjadinya kerusakan penglihatan pada seorang juga menyebabkan pengaruh yang berbeda. Misalnya kerusakan penglihatan yang terjadi secara mendadak, baik itu disebabkan karena kecelakaan atau sebab lainnya akan mempunyai efek yang berbeda terhadap diri tunanetra. Tunanetra yang terjadi dengan mendadak bias berakibat pada goncangan jiwa atau goncangan social yang lebih berat bila dibandingkan dengan tunanetra yang terjadi secara bertahap. Kehilangan penglihatan yang bertahap memberikan kesempatan pada diri seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sehingga dapat menerima keadaan dirinya secara wajar.


C.Karakteristik Anak Tunanetra
Image result for blind quotes
a. Rasa curiga pada orang lain.
Anak tunanetra sering kali menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya, sehingga menimbulkan rasa sakit hati dan kecewa. Tetapi dia tidak tahu pada siapa perasaan tidak menyenangkan itu ditunjukan. Sikap-sikap demikian itu mendorong anak tunanetra untuk selalu berhati-hati inilah yang pada akhirnya menimbulkan kecurigaan kepada orang lain. Ia merasa takut bila orang yang ada disekitarnya berbuat jelek padanya. Sikap curiga yang berlebihan ini harus dapat dihilangkan oleh mereka karena dapat menghambat dirinya berkembang di masyarakat.

b. Perasaan mudah tersinggung.
Anak tunanetra mempunyai perasaan yang cenderung sensitive. Bila ada orang yang menyebabkan kecewa dan sakit hati maka ia mudah sekali tersinggung.

c. Ketergantungan yang berlebihan.
Sikap ketergantungan yang berlebihan pada anak tunanetra terjadi karena dua faktor, yaitu faktor yang terjadi pada diri anak maupun faktor yang datang dari luar anak.Faktor yang dating dari diri anak seperti tidak mau berusaha mengatasi masalahnya, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri anak seperti adanya rasa kasihan dan perlindungan yang berlebihan dari orang lain disekitar.

d. Blindisme
Blindisme adalah gerakan-gerakan yang dilakukan anak tunanetra tanpa mereka sadari, dan gerakan ini terjadi secara berulang-ulang.

e. Rasa rendah diri
Anak tunanetra sering merasa diabaikan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga mereka terisolir dari kehidupannya. Hal ini yang kemudian menimbulkan rasa rendah diri pada mereka. Mereka merasa tidak berguna pada orang lain.

f. Tangan kedepan dan badan agak membungkuk.
Hal ini dilakukan untuk melindungi badanya dari bahaya, seperti benturan yang ada di depanya.

g. Suka melamun.
Tidak berfungsi penglihatan menyebabkan tunanetra tidak bisa mengamati keadaan lingkungan yang ada disekitarnya. Hal ini menyebabkan mereka sering melamun.

h. Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu obyek.
Sebagai akibat dari tunanetra yang suka melamun akan menimbulkan fantasi pada obyek yang pernah diperhatikan memalui rabaanya. Fantasi ini cukup berguna bagi perkembangan pendidikan mereka. Mereka mudah mengingat suatu obyek

i. Kritis.

j. Pemberani.
Kekurangan dalam hal penglihatan terkadang menuntut tunanetra untuk bersikap berani. Bila tidak mereka takkan bisa berbuat apaapa.

k. Perhatian terpusat.
Hilangnya penglihatan pada tunanetra menyebabkan mereka mudah tidak sadar dilakukan anak tunanetra. Segala kegiatan yang dilakukan itulah yang merupakan karakteristik atau ciri khas dari tunanetra.

       Selain Karakteristik di atas juga ada beberapa pendapat lain mengenai karakteristik anak Tunanetra yaitu:

1.Karakteristik anak tunanetra dari aspek akademis menurut Tilman dan Osborn (1969)
a.Anak tunanetra menyimpan banyak pengalaman khusus, tidak berbeda dengan anak awas. Namun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh anak tunanetra tersebut kurang terintegrasikan.

b.Anak tunanetra memperoleh angka yang hampir sama dengan anak awas, misalnya dalam hal berhitung, kosakata dan informasi. Tetapi dalam hal pemahaman dan persamaan mereka dinilai kurang baik.

c.Kosakata untuk anak tunanetra lebih cenderung sebagai kata-kata yang definitive atau sudah pasti.
2.Karakteristik anak tunanetra dari aspek sosial dan pribadi
a.Karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak, secara tidak langsung hal tersebut menyebabkan masalah kepribadian. Masalah kepribadian lebih cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima oleh anak dari lingkungan sosialnya.

b.Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam hal menguasai keterampilan sosial karena biasanya keterampilan tersebut didapatkan oleh individu melalui model atau contoh perilaku serta umpan balik melalui penglihatan.

c.Berdasarkan faktor-faktor lingkungannya, anak tunanetra lebih mudah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung dan mereka juga bergantung pada orang lain.

3.Karakteristik anak tunanetra dilihat dari aspek fisik dan motorik
a.Secara fisik, anak tunanetra bisa dilihat dari kondisi mata mereka yang berbeda dengan anak-anak dengan mata normal pada umumnya.

b.Mempunyai kepekaan pendengaran dan juga perabaan yang lebih baik.

c.Dalam aspek motorik atau perilaku, sikap tubuh anak tunanetra kurang tegap, agak kaku dan juga kurang fleksibel serta seringkali menunjukkan perilaku yang stereotype, seperti misalnya suka menggosok-gosok mata atau suka menghentak-hentakkan kaki.


D. Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra
Related image




Layanan pendidikan bagi anak Tunanetra pada dasarnya sama dengan layanan pendidikan bagi anak awas hanya dalam teknik penyampainnya disesuaikan dengan kemampuan dan ketidak mampuan atau karakteristik anak Tunanetra
1. Jenis Layanan
Ditinjau dari segi jenisnya, layanan pendidikan bagi anak Tunanetra meliputi layanan umum dan layanan khusus.
a. Layanan Umum
Latihan yang diberikan terhadap anak Tunanetra , umumnya meliputi hal-hal berikut:
1) Keterampilan
2) Kesenian ,dan
3) Olahrga
b. Layanan khusus /layanan rehabilitasi
Layanan khusus/rehabilitasi yang diberikan terhadap anak Tunanetra, antara lain sebagai berikut :
1) Latihan membaca dan menulis menggunakan huruf braille.
2) Latihan penggunaan tongkat.
3) Latihan orientasi dan mobilitasi/bina diri.
4) Latihan visual/fungsional penglihatan.

2. Tempat/Sistem Layanan
a. Tempat khusus/sistem segregasi
Tempat pendidikan melalui sistem Segregasi bagi anak Tunanetra adalah sebagai berikut:
1) Sekolah Khusus
Sekolah khusus yang konvensional adalah Sekolah Luar Biasa untuk anak Tunanetra(SLB A). Sekolah ini memiliki kurikulum tersendiri yang dikhususkan bagi anak tuna netra.

2) SDLB
Sekolah Dasar Luar Biasa yang dimaksudkan di sini berbeda dengan SDLB yang ada dalam kurikulum 1994. SDLB yang dimaksud dalam kurikulum 1994 adalah SDLB yang diperuntukan bagi satu jenis kelainan, yaitu anak Tunanetra saja , sedangkan dalam konsep ini merupakan suatu sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan, seperti Tunanetra, Tunagrahita, Tunarungu, Tunadaksa.

3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Merupakan kelas yang dibentuk utnuk memberikan layanan pendidikan bagi anak luar biasa termasuk anak tunanetra yang bertempat tinggal jauh dari SLB/SDLB.

b. Sekolah Biasa/Sistem Integrasi
Penyelenggaraan sistem pendidikan terpadu memerlukan seorang ahli ke-PLB-an yang disebut sebgai GPK(Guru Pembimbing Khusus), dan ruang bimbingan khusus untuk memberikan layanan khusus bagi anak tunanetra.
Melalui sistem integrasi/terpadu, anak tunanetra belajar bersama-sama dengan anak normal(awas) dengan memperoleh hak dan kewajiban yang sederajat. Sekolah dasar atau sekolah biasa lainnya yang menerima anak tuna netra(anak luar biasa pada umumnya) sebagai siswanya, disebut sekolah terpadu. Aapabila di sekolah tersebut tidak terdapat anak luar biasa maka secara otomatis sebutan sekolah terpadu tidak berlaku lagi. Melalui sistem pendidikan terpadu, anak tunanetra akan memperoleh keuntungan berikut.
1) memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengenyam pendidikan bersama-sama dengan anak awas lainnya
2) Kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi lingkungan dengan membiasakan diri berinteraksi dengan teman-temannya yang awas.
    Bentuk keterpaduan dalam didtem pendidikan integrasi sangat bervariasi. Kirk Gallagher(1989: 61-62) mengemukakan bentuk-bentuk keterpaduan/integrasi yang meliputi:
a) Bentuk kelas biasa dengan guru konsultasi(regular classrom with consultant teacher)
b) Kelas biasa dengan guru kunjungan (itinerant teacher)
c) Kelas biasa dengan ruang sumber (resource room) atau ruang bimbingan khusus
d) Kelas khusus (special class)




#because they were not different between any of us.

(karena mereka ada bukan untuk kita beda-bedakan)
Image result for quotes for blind people

Tidak ada komentar:

Posting Komentar