Selasa, 28 Februari 2017

Pendidikan Luar Biasa(definisi filsafat,cabang-cabang,aliran-aliran dan teorinya)

FILSAFAT PENDIDIKAN


Image result for filsafat

1. Definisi Konsep /  Pengertian Filsafat ?

a.Beberapa definisi
Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

Image result for filsafat

5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: "apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika);
"apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); "sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi).
6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.



a. filsafat  dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalyam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
2. Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

2.Pengertian / Definisi Ilmu Pendidikan
Image result for filsafat
ilmu Pendidikan merupakan dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan Pendidikan yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) ituYang dimaksud Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan persoalan pendidikan atau ilmu yang mempersoalkan pendidikan dan kegiatan pendidikan.
ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.
Menurut Dictionary of education ; Pendidikan diartikan, proses sosial yang di mana orang-orang atau anak dipengaruhi dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka memperolah kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara , mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Menurut Redja Mudyahardjo, bahwa Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang dimuat dalam Handbook of Research on teaching, yang menjelaskan bahwa setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalah konsep. Keseluruhan konsep yang menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan.

3. Cabang-Cabang Filsafat Ilmu Pendidikan
Image result for filsafat

Cabang filsafat ilmu pada umumnya dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
A. METAFISIKA
            Metafisika berasal dari bahasa Yunani yaitu meta physika(sesudah fisika). Kata metafisika ini juga memiliki banyak arti. Metafisika dapat berarti upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai suatu keseluruhan. Namun secara umum metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada.
1. Ontologi
            Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate relaity baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
2. Kosmologi
            Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.
3. Antropologi
            Secara etimologi, antropologi berasal dari dua kata, yaitu Antrop dan Logos. Antrop berarti manusia, sedangkan Logos berarti kajian, diskusi atau ilmu. Ilmu pengetahuan antropologi mengkaji manusia dalam bermasyarakat, berperikalu dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.
4. Theodicea
            Theodicea sering juga disebut theologia, namun theologia sering digunakan unuk filsafat agama.
B. EPISTOMOLOGI
            Epistomologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengendaian-pengendaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Soal-soal yang dikaji dalam epistomologi adalah :
·         Asal usul pengetahuan
·         Pengalaman dan peran akal dalam pengetahuan
·         Pengetahuan dan kebenaran atau keniscayaan
·         Skeptisisme kebenaran, pengalaman dan makna
·         Pengetahuan dalam kaitan dengan pikiran
1. Logika
            Logika berasal dari kata Yunani kuno ‘logos’ yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Selain dari itu kita juga mengenal dua macam pembagian dari pokok bahasan logika, yaitu :
§  Logika formal : berbicara tentang pelbagai rambut dan persyaratan untuk ucapan-ucapan logis, seperti pengertian, konsep, kalimat, proposisi, keputusan, penalaran, argumentasi dan lain sebagainya.
§  Logika material : juga nama lain dari epistomologi atau teori pengetahuan. Di sana isi dari logika menjadi pokok perhatian utama dan bukan lagi bentuk, seperti dalam logika formal.
2. Metodologi
            Metodologi berasla dari bahasa Yunani “metodos” dan “logos”. Kata “metodos” terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. “logos” artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
C. AKSIOLOGI       
            Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagiamana manusia menggunakan ilmunya.       
1. Etika
            Etika berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan atau tempat yang biasa. Sedangkan ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan yang berbuat baik. Etika sering disebut sebagai filsafat moral karena didalamnya membicarakan tentang sifat dan kelakuan berbuat baik, membahas tentang adab dan susila. Kita mengenal tiga macam pendekatan dalam etika:
ü  Etika deskriptif   : cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas seperti tata adat, perbuatan baik atau buruk, diperbolehkan atau tidak.
ü  Etika normatif     : mendasarkan pandangannya atas norma. Ia bisa mempersoalkan norma masyarakat secara kritis, benar atau tidak.
ü  Metaetika            :  kajian etika yang ditujukan pada ungkapan-ungkapan etis, istilah-istilah teknis etika atau juga bahasa-bahasa etis yang dikaji secara logis.

2. Estetika
             Estetika adalah cabaang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan. Istilah ini berasal dari kata aisthesis, yang berarti pemahaman intelektual atau pengamatan intelaktual atau pengamatan spiritual. Adapun art (seni) berasal dari bahasa latin yaitu ars, yang berarti seni, ketrampilan, ilmu dan kecakapan.

4. Aliran-Aliran Filsafat Ilmu Pendidikan
Image result for aliran filsafat pendidikan
1. Aliran Filsafat Perenialisme.
Perennialisme berasal dari kata perennial yang dapat diartikan abadi,  kekal atau fana (tiada akhir). Perenialisme berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah. Aliran filsafat Perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi, dengan demikian perenialisme dianggap suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai masa lampau dengan maksud mengembalikan keyakinan akan nilai-nilai asasi manusia masa silam untuk menghadapi problem kehidupan manusia saat sekarang dan bahkan sampai kapanpun dan dimanapun
2. Aliran Filsafat Esensialisme.
Filsafat Esensialisme didasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme Aristoteles. Aliran filsafat Esensialisme muncul pada zaman renaissance merupakan perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya. Perbedaan utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia, termasuk dalam pendidikan yang harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
3. Aliran Filsafat Progresivisme.
Aliran Progresivisme dapat diartikan secara umum sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Progresivisme disebut juga instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelejensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia.
Filsafat progrevisme dalam pendidikan adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka. Dengan demikian mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

4. Aliran Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran modern yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima apa saja, asalkan praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, mistik semua bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asal membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian dasar pragmatis adalah manfaat bagi hidup praktis.
Aliran ini memandang realitas sebagai Sesuatu yang secara tetap mengalami perubahan terus menerus. Pragmatis adalah satu aliran yang lebih mementingkan orientasi kepada pandangan anti posentris (berpusat kepada manusia) kemampuan kreativitas dan pertumbuhan manusia kearah hal-hal yang bersifat praktis, kemampuan kecerdasan dan individual serta perbuatan dalam masyarakat.
5. Aliran filsafat konstruktivisme
            Konstruktif  berasal dari kata bahasa inggris ‘konstruktivisme’ yang berarti falsafa membina. Dalam konteks pelajaran , teori konstruktif menggap bahwa ilmu pengetahuan hendaklah terkait dan dalam mind seseorang berdasarkan pengalaman sebelumnya, yaitu pengetahuan dibina memlalui proses pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru yang berkaitan.

5. Teori Etika Dan Cara Implementasikan Dalam Dunia Pendidikan
Image result for etika dalam  pendidikan

Etika menurut Franz Magnis Suseno (1989) adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lahir mendasar dan kritis. Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis, tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan-pandangan moral secara kritis. Etika bisa memiliki banyak arti dan tentu saja arti tersebut saling berkaitan, yaitu : etika bisa dijelaskan sebagai cara pandang manusia atau sekelompok manusia terhadap dua hal yaitu baik dan buruk; etika merupakan ilmu dalam mempertimbangkan perbuatan manusia, sehingga bisa dinilai baik atau buruknya; etika adalah ilmu untuk mengkaji berbagai norma yang ada dalam masyarakat; dan etika merupakan pegangan nilai yang universal atau umum bagi suatu masyarakat. Pada dasarnya etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu:
a). ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral,
b). kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau perilaku menggambarkan nilai etis dan moralitas,
 c). nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tika adalah niilai-nilai atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

      Etika : ilmu yang mencari orientasi
Salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental adalah orientasi. Sebelum kita dapat melakukan sesuatu apapun kita harus mencari orientasi dulu. Kita harus tahu dimana kita berada, dan kearah mana kita harus bergerak untuk memulai tujuan kita. Tanpa orientasi kita tidak tidak tahu arah dan merasa terancam. Etika juga bisa membantu kita untuk mencari orientasi, dengan Tujuan agar kita tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap beragai pihak yang menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap.
      Etika dan ajaran moral
Sumber langsung ajaran moral bagi kita adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, pemuka masyarakat dan agama, adapun sumber dasar ajaran-ajaran itu adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama-agama atau ideologi-ideologi tertentu.
Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Etika dan ajaran moral tidak berada ditingkat yang sama. Jadi etika kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang karena etika tidak berwenang untuk menetapkan, apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak. Wewenang itu di klaim oleh berbagai pihak yang memberikan ajaran moral. Lebih, karena etika berusaha untuk mengerti mengapa atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma – norma tertentu.
v  Guna etika
Setiap orang perlu bermoralitas, tetapi tidak setiap orang perlu beretika, karena etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas. Yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis.
Ada empat alasan mengapa etika pada zaman kita semakin perlu :
•    Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang – orang dari suku, daerah, dan agama yang berbeda – beda. Kesatuan tatanan normatif sudah tidak ada lagi.
•    Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi.
•    Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan oleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi – ideologi mereka sebagai obat penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi – ideologi itu dengan kritis dan obyektif dan untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak terlalu mudah terpancing emosi.
•    Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang di satu pihak menentukan dasar kemaantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak sekaligus mau berpartisipasi dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

Senin, 27 Februari 2017

Tunanetra (Pengertian,Klasifikasi,Penyebab dan Layanan Pendidikan Tunanetra)

Related image

A. Pengertian dan Klasifikasi Anak Tunanetra

          Menurut Daniel P. Hallahan, James M. Kauffman, dan Paige C. Pullen (2009: 380), mengemukakan “Legally blind is a person who has visual acuity of 20/200 or less in the better eye even with correction (e.g., eyeglasses) or has a field of vision so narrow that its widest diameter subtends an angular distance no greater than 20 degrees”. Definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa Tunanetra adalah seseorang yang memiliki ketajaman visual 20/200 atau kurang pada mata/penglihatan yang lebih baik setelah dilakukan koreksi (misalnya kacamata) atau memiliki bidang penglihatan begitu sempit dengan diameter terlebar memiliki jarak sudut pandang tidak lebih dari 20 derajat. Definisi tersebut diperkuat dengan pengertian menurut Barraga, 1983 (dalam Wardani dkk, 2007: 4.5) bahwa: Anak yang mengalami ketidakmampuan melihat adalah anak yang mempunyai gangguan atau kerusakan dalam penglihatannya sehingga menghambat prestasi belajar secara optimal, kecuali jika dilakukan penyesuaian dalam pendekatan-pendekatan penyajian pengalaman belajar, sifat-sifat bahan yang digunakan, dan/atau lingkungan belajar.
           Ada beberapa Klasifikasi Anak Tunanetra yaitu sebagai berikut:
1.Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:
a.Tunanetra sebelum dan sejak lahir
b.Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
c.Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
d.Tunanetra pada usia dewasa
e.Tunanetra dalam usia lajut.
2.Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:
a.Tunanetra ringan (low visison)
b.Tunanetra berat (total blind)
3.Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata: 
a. Myopia;adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina.
b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidak beresan pada kornea mata.


B. Penyebab, Kapan dan Bagaimana Terjadinya Tunanetra
Image result for tunanetra


Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami Tunanetra, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pada Masa Pre-natal (pada saat dalam kandungan)
a. Faktor keturunan, yang mempengaruhi gen anak ketika masih dalam kandungan sehingga anak tersebut mengalami ketunaan.

b. Perkawaninan sedarah. Seseorang yang menikah dengan saudarnya sendiri ataupun dengan sepupunya yang masih memiliki hubungan darah yang dekat biasanya sepupu 1 atau 2 kali) kemungkinan besar akan memiliki anak yang mengidap Tunanetra.

c. Penyakit sifilis/ raja singa/ rubella
Penyakit sifilis merupakan penyakit kotor yang menyerang alat kelamin. Penyakit ini disebut raja singa, karena sangat jahat. Bila penyakit ini menyerang seorang ibu, maka kuman-kuman sifilis akan terus merambat ke dalam kandungan. Maka situasi dalam kandungan kotor, anak harus lahir melalui saluran yang tidak bersih, akibatnya mata dan indra lainnya akan iktu terganggu atau bahkan anak menjadi buta dan masih disertai kecacatan lainnya.

d. Malnutrisi berat
Kekurangan gizi yang sangat berat pada tahp embrional ( pertumbuhan anak dalam kandungan mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-8 ) akan menimbulkan kelainan-kaelainan yang sangat kompleks. Kekompleksan ini akan mengganggu susunan saraf pusat dan mata. Malnutrisi berat ini menyangkut kekurangan kalori, protein, kalsium, jodium, serta vitamin A, C, D, E. Semua nutrisi sangat dibutuhkan pada tahap embrional untuk pertumbuhan dasar organ khususnya otak.

e. Ibu mengidap TBC.


2. Pada masa Natal(saat kelahiran)

a.Pengaruh alat bantu medis.
Ibu yang mengalami kesulitan saat melahirkan biasanya dibantu dengan menggunakan alat medis. Alat ini berbentuk seperti tang untuk membantu mengeluarkan bayi. Sebab bila tidak dikeluarkan bayi akan kehabisan oksigen dan dapat mengakibatkan kematian. Namun bila terjadi kesalahan dalam penggunaan alat ini, seperti tidak sengaja menjepit syaraf mata akan menyebabkan kebutaan.

b.Kecelakaaan yang dialami anak, baik langsung dan tidak langsung mengenai bola mata dapat menyebabkan ketunanetraan. Misalnya kepala terbentur benda keras, bola mata yang kemasukan benda asing, dan lain-lain.

3. Pada masa Post-natal (setelah kelahiran/masa perkembangan)
a. Mengalami kecelakaan.
b.Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh. Ketahanan tubuh terhadap infeksi. Kehadiran vitamin A menyebabkan badan lebih efisien dalam menggunakan protein yang dikonsumsi. Vitamin A berpengaruh dalam kegiatan berbagai macam hormon .pada anak-anak kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya.

c.Diabetes melitus
Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh. Tubuh tidak cukup memproduksi insulin. Akibatnya produksi gula darah meningkat dari normal. Gangguan metabolisme ini akan merusak mata, ginjal, susunan saraf, dan pembuluh darah.Diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetes, Retinopati diabetesb adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes melitus.


d. Mengalami Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah kanker pada mata yang umumnya dialami oleh anak-anak, namun dapat juga dialami oleh orang dewasa. Retinoblastoma menyerang selaput jala mata atau retina yang terletak pada dinding mata sebelah dalam. Retinoblastoma dapat menyerang salah satu atau kedua mata. Kebanyakan penyakit ini terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.


e. Terkena zat-zat kimia berbahaya seperti ; etanol, aseton, asam sulfat dan asam tannat yang akan sangat berbahaya sekali jika menghenai kornea mata.


f.Glaucoma ini merupakan penyakit mata yang disebabkan karena tekanan cairan bola mata yang terlalu tinggi, sehingga boal mata dapat pecah dan menjadi buta.


         Kita telah mengetahui bahwa ketunanetraan bias terjadi sejak lahir maupun setelah lahir. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan diri seorang tunanetra. Dalam terjadinya kerusakan visual kita dapat melihat dari dua factor yaitu: Usia dan saat terjadinya kerusakan penglihatan dan bagaimana terjadinya kerusakan penglihatan. Kedua factor tersebut menyebabkan pengaruh yang berbeda terhadap diri tunanetra.
        Tunanetra yang kehilangan penglihataanya sebelum usia 5 tahun atau usia 7 
tahun akan kehilangan gambaran visualnya yang berguna. Anak ini menggantungkan dirinya pada indera non visual dan memerlukan pendidikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan mereka.
        Tunanetra yang kehilangan penglihatannya setelah unur 7 tahun mereka masih dapat menahan ingatan visualnya dan warna, sehingga masih dapat dimanfaatkan dalam proses belajarnya. Akan tetapi anak tersebut tidak mampu mengadakan pengamatan visual yang baru (B. Lowenfeld).
Saat terjadinya ketunanetraan pada seorang juga berakibat terhadap keterbatasan yang dimiliki tunanetra , yang oleh B Lowwnfeld disebutkan ada keterbatasan yaitu keterbatasan dalam lingkup dan keanekaragaman pengalaman, keterbatasan dalam interaksi dengan lingkungan, keterbatasan dalam kemampuan berpindahpindah tempat.Bagaimana terjadinya kerusakan penglihatan pada seorang juga menyebabkan pengaruh yang berbeda. Misalnya kerusakan penglihatan yang terjadi secara mendadak, baik itu disebabkan karena kecelakaan atau sebab lainnya akan mempunyai efek yang berbeda terhadap diri tunanetra. Tunanetra yang terjadi dengan mendadak bias berakibat pada goncangan jiwa atau goncangan social yang lebih berat bila dibandingkan dengan tunanetra yang terjadi secara bertahap. Kehilangan penglihatan yang bertahap memberikan kesempatan pada diri seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sehingga dapat menerima keadaan dirinya secara wajar.


C.Karakteristik Anak Tunanetra
Image result for blind quotes
a. Rasa curiga pada orang lain.
Anak tunanetra sering kali menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dalam kehidupannya, sehingga menimbulkan rasa sakit hati dan kecewa. Tetapi dia tidak tahu pada siapa perasaan tidak menyenangkan itu ditunjukan. Sikap-sikap demikian itu mendorong anak tunanetra untuk selalu berhati-hati inilah yang pada akhirnya menimbulkan kecurigaan kepada orang lain. Ia merasa takut bila orang yang ada disekitarnya berbuat jelek padanya. Sikap curiga yang berlebihan ini harus dapat dihilangkan oleh mereka karena dapat menghambat dirinya berkembang di masyarakat.

b. Perasaan mudah tersinggung.
Anak tunanetra mempunyai perasaan yang cenderung sensitive. Bila ada orang yang menyebabkan kecewa dan sakit hati maka ia mudah sekali tersinggung.

c. Ketergantungan yang berlebihan.
Sikap ketergantungan yang berlebihan pada anak tunanetra terjadi karena dua faktor, yaitu faktor yang terjadi pada diri anak maupun faktor yang datang dari luar anak.Faktor yang dating dari diri anak seperti tidak mau berusaha mengatasi masalahnya, dan lain-lain. Sedangkan faktor yang datang dari luar diri anak seperti adanya rasa kasihan dan perlindungan yang berlebihan dari orang lain disekitar.

d. Blindisme
Blindisme adalah gerakan-gerakan yang dilakukan anak tunanetra tanpa mereka sadari, dan gerakan ini terjadi secara berulang-ulang.

e. Rasa rendah diri
Anak tunanetra sering merasa diabaikan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga mereka terisolir dari kehidupannya. Hal ini yang kemudian menimbulkan rasa rendah diri pada mereka. Mereka merasa tidak berguna pada orang lain.

f. Tangan kedepan dan badan agak membungkuk.
Hal ini dilakukan untuk melindungi badanya dari bahaya, seperti benturan yang ada di depanya.

g. Suka melamun.
Tidak berfungsi penglihatan menyebabkan tunanetra tidak bisa mengamati keadaan lingkungan yang ada disekitarnya. Hal ini menyebabkan mereka sering melamun.

h. Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu obyek.
Sebagai akibat dari tunanetra yang suka melamun akan menimbulkan fantasi pada obyek yang pernah diperhatikan memalui rabaanya. Fantasi ini cukup berguna bagi perkembangan pendidikan mereka. Mereka mudah mengingat suatu obyek

i. Kritis.

j. Pemberani.
Kekurangan dalam hal penglihatan terkadang menuntut tunanetra untuk bersikap berani. Bila tidak mereka takkan bisa berbuat apaapa.

k. Perhatian terpusat.
Hilangnya penglihatan pada tunanetra menyebabkan mereka mudah tidak sadar dilakukan anak tunanetra. Segala kegiatan yang dilakukan itulah yang merupakan karakteristik atau ciri khas dari tunanetra.

       Selain Karakteristik di atas juga ada beberapa pendapat lain mengenai karakteristik anak Tunanetra yaitu:

1.Karakteristik anak tunanetra dari aspek akademis menurut Tilman dan Osborn (1969)
a.Anak tunanetra menyimpan banyak pengalaman khusus, tidak berbeda dengan anak awas. Namun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh anak tunanetra tersebut kurang terintegrasikan.

b.Anak tunanetra memperoleh angka yang hampir sama dengan anak awas, misalnya dalam hal berhitung, kosakata dan informasi. Tetapi dalam hal pemahaman dan persamaan mereka dinilai kurang baik.

c.Kosakata untuk anak tunanetra lebih cenderung sebagai kata-kata yang definitive atau sudah pasti.
2.Karakteristik anak tunanetra dari aspek sosial dan pribadi
a.Karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak, secara tidak langsung hal tersebut menyebabkan masalah kepribadian. Masalah kepribadian lebih cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima oleh anak dari lingkungan sosialnya.

b.Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam hal menguasai keterampilan sosial karena biasanya keterampilan tersebut didapatkan oleh individu melalui model atau contoh perilaku serta umpan balik melalui penglihatan.

c.Berdasarkan faktor-faktor lingkungannya, anak tunanetra lebih mudah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung dan mereka juga bergantung pada orang lain.

3.Karakteristik anak tunanetra dilihat dari aspek fisik dan motorik
a.Secara fisik, anak tunanetra bisa dilihat dari kondisi mata mereka yang berbeda dengan anak-anak dengan mata normal pada umumnya.

b.Mempunyai kepekaan pendengaran dan juga perabaan yang lebih baik.

c.Dalam aspek motorik atau perilaku, sikap tubuh anak tunanetra kurang tegap, agak kaku dan juga kurang fleksibel serta seringkali menunjukkan perilaku yang stereotype, seperti misalnya suka menggosok-gosok mata atau suka menghentak-hentakkan kaki.


D. Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra
Related image




Layanan pendidikan bagi anak Tunanetra pada dasarnya sama dengan layanan pendidikan bagi anak awas hanya dalam teknik penyampainnya disesuaikan dengan kemampuan dan ketidak mampuan atau karakteristik anak Tunanetra
1. Jenis Layanan
Ditinjau dari segi jenisnya, layanan pendidikan bagi anak Tunanetra meliputi layanan umum dan layanan khusus.
a. Layanan Umum
Latihan yang diberikan terhadap anak Tunanetra , umumnya meliputi hal-hal berikut:
1) Keterampilan
2) Kesenian ,dan
3) Olahrga
b. Layanan khusus /layanan rehabilitasi
Layanan khusus/rehabilitasi yang diberikan terhadap anak Tunanetra, antara lain sebagai berikut :
1) Latihan membaca dan menulis menggunakan huruf braille.
2) Latihan penggunaan tongkat.
3) Latihan orientasi dan mobilitasi/bina diri.
4) Latihan visual/fungsional penglihatan.

2. Tempat/Sistem Layanan
a. Tempat khusus/sistem segregasi
Tempat pendidikan melalui sistem Segregasi bagi anak Tunanetra adalah sebagai berikut:
1) Sekolah Khusus
Sekolah khusus yang konvensional adalah Sekolah Luar Biasa untuk anak Tunanetra(SLB A). Sekolah ini memiliki kurikulum tersendiri yang dikhususkan bagi anak tuna netra.

2) SDLB
Sekolah Dasar Luar Biasa yang dimaksudkan di sini berbeda dengan SDLB yang ada dalam kurikulum 1994. SDLB yang dimaksud dalam kurikulum 1994 adalah SDLB yang diperuntukan bagi satu jenis kelainan, yaitu anak Tunanetra saja , sedangkan dalam konsep ini merupakan suatu sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan, seperti Tunanetra, Tunagrahita, Tunarungu, Tunadaksa.

3) Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Merupakan kelas yang dibentuk utnuk memberikan layanan pendidikan bagi anak luar biasa termasuk anak tunanetra yang bertempat tinggal jauh dari SLB/SDLB.

b. Sekolah Biasa/Sistem Integrasi
Penyelenggaraan sistem pendidikan terpadu memerlukan seorang ahli ke-PLB-an yang disebut sebgai GPK(Guru Pembimbing Khusus), dan ruang bimbingan khusus untuk memberikan layanan khusus bagi anak tunanetra.
Melalui sistem integrasi/terpadu, anak tunanetra belajar bersama-sama dengan anak normal(awas) dengan memperoleh hak dan kewajiban yang sederajat. Sekolah dasar atau sekolah biasa lainnya yang menerima anak tuna netra(anak luar biasa pada umumnya) sebagai siswanya, disebut sekolah terpadu. Aapabila di sekolah tersebut tidak terdapat anak luar biasa maka secara otomatis sebutan sekolah terpadu tidak berlaku lagi. Melalui sistem pendidikan terpadu, anak tunanetra akan memperoleh keuntungan berikut.
1) memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengenyam pendidikan bersama-sama dengan anak awas lainnya
2) Kesempatan yang seluas-luasnya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi lingkungan dengan membiasakan diri berinteraksi dengan teman-temannya yang awas.
    Bentuk keterpaduan dalam didtem pendidikan integrasi sangat bervariasi. Kirk Gallagher(1989: 61-62) mengemukakan bentuk-bentuk keterpaduan/integrasi yang meliputi:
a) Bentuk kelas biasa dengan guru konsultasi(regular classrom with consultant teacher)
b) Kelas biasa dengan guru kunjungan (itinerant teacher)
c) Kelas biasa dengan ruang sumber (resource room) atau ruang bimbingan khusus
d) Kelas khusus (special class)




#because they were not different between any of us.

(karena mereka ada bukan untuk kita beda-bedakan)
Image result for quotes for blind people

Minggu, 26 Februari 2017

pendidikan ABK(Ruang lingkup kajian, pengertian serta model-model )









A.Ruang Lingkup Kajian Pendidikan ABK Dipandang Sebagai Ilmu.


         Konsep ABK (Children with Special Needs)- Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education) dan Konsep Pendidikan Luar Biasa (exceptional childrent)-Pendidikan Luar Biasa (special education) 



1. Anak Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan Kebutuhan khusus


a. Anak Berkebutuhan Khusus

Image result for special education quotes


        Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hamabatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh masing-masing anak. 

       Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa melihat (atunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang mengalai cerebral palsy dst. dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. 

     Anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat temporer. Misalnya anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat trauma kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang mengalami kedwibahasaan (perbedaan bahasa di rumah dan disekolah), anak yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan karena kemiskinan dsb. Anak-anak seperti dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat sesuai dengan hamabatan belajarnya bisa menjadi permanen. 

    Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang temporer, memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak. Oleh karena itu layanan pendidikan didasarkan atas hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Dengan kata lain pendidikan lebih berpusat kepada anak (child center), bukan berpusat pada kurikulum dan kecacatan. Untuk memahami kebutuhan dan hambatan belajar setiap anak, dilakukan melalui sebuah proses yang disebut assessment. Dalam konteks pendidikan kebutuhan khusus, assessment menjadi kompetensi dasar seorang guru. 


b. Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special Needs Education)



        Pendidikan kebutuhan khusus adalah layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus baik yang bersifat permanen maupun yang temporer, dan sangat fokus pada hambatan belajar dan kebutuhan anak secara individual (Miriam, 2001). Pendidikan kebutuhan khusus memandang anak sebagai individu yang khas dan utuh, keragaman dan perbedaan individu sangat dihormati. Dilihat dari caranya memandang eksistensi seorang anak, pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) berbeda dengan jelas dari pendidikan khusus (special education). Dalam pendidikan khusus (special education), yang menjadi fokus perhatian tertuju kepada kecacatan anak (disability). Sedangkan pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) fokus kepada hambatan belajar dan kebutuhan anak. Ruang lingkup garapan disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus meliputi tiga hal yaitu: Pertama, mencegah timbulnya hambatan belajar dan hamabatan perkembangan pada setiap anak. Kedua mengkompensasikan hambatan yang dimiliki anak dan Ketiga, menangani hambatan (intervensi).

      Timbulnya hambatan belajar dan hambatan perkembangan baik yang bersifat temporer maupun yang bersifat permanen bisa terjadi karena fakator internal anak itu sendiri atau bisa juga karena faktor ekternal. Fungsi pendidikan kebutuhan khusus adalah mencegah munculya hambatan-hambatan belajar dan hambatan perkembangan, atau sekurang-kurangnya dapat meminilakan hamabatan itu,sehingga anak dapat berkembang optimal.

            Apabila dalam kenyataanya hamabatan itu tidak dapat dihindari, maka upaya yang harus dilakukan adalah memperkecil dampak sosial-psikologis dari hambatan itu, sehingga anak tetap dapat berparisipasi dalam kehidupan masyarakat dan hidup berkualitas. Dengan kata lain individu menjadi terbisa dan bersahabat dengan hambatan dan masalah yang dimilikinya, tetapi tetap dapat berkembang opatimal. Dalam istilah lain disebut dengan coping.

        Sebagai contoh, seorang yang mempunyai hambatan karena tidak bisa melihat (tunanetra). Pendidikan harus dapat mencegah agar tidak muncul komplikasi sebagai dampak dari ketunanetraan, seperti misalnya putus asa, rendah diri, sukar berkomuniksi dsb. Jika dampak itu bisa dicegah maka kemungkinan orang tersebut dapat berkembang optimal meskipun ia tidak bisa melihat.

        Apabila individu mengalami hambatan, terutama yang bersifat permanen, seperti misalnya anak tidak bisa melihat (tunananetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), tidak bisa menulis karena cerebral palsy, kesulitan membaca karena dysleksia dst, maka harus dicarikan upaya konpensasi dari hamabatan yang dialami.
Sebagai contoh, individu yang tidak bisa melihat (tunanetra), tidak mungkin bisa membaca tulisan, dan akan mengalami kesulitan untuk bepergian. Konpensasi dari kesuitan itu adalah tulisan braille agar tunanetra dapat membaca dan orientasi-mobilitas agar dapat bepergian. Individu yang tunarungu mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara lisan, konpensasinya adalah bahasa isyarat atau komunikasi total. Individu yang tidak dapat menulis akibat kesulitan gerak, konpensasinya adalah anak tidak ditutut untuk ikut ujian tertulis tetapi dapat dilakukan dengan lisan. Individu yang tidak bisa berbicara bukan karena tunarungu, konpensainya adalah komunikasi alternatif dan augmentatif.


B. Definisi/Konsep/Pengertian pendidikan ABK Serta Model-model Pendidikannya

        Pendidikan khusus adalah penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah.

         Pendidikan khusus diperuntukan untuk anak berkebutuhan khusus. Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 
     
     Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain; dan l. memiliki kelainan lain.

          Menurut pasal 130 (1) PP No. 17 Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan. Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan.

       Model pendidikan bagi ABK berkembang dari (1) sekolah segregasi atau sekolah khusus, (2) sekolah terpadu atau integrasi, dan (3) sekolah inklusi. Hampir di seluruh negara memiliki kecenderungan perkembangan pendidikan bagi ABK dengan pola yang hampir sama, yaitu dari segregasi menuju inklusif.


1. Sekolah Segregasi

Image result for pendidikan segregasi

       Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
          Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

          Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a.) Sekolah Luar Biasa (SLB)
         

         Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. Pada awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini berkembang sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja), sehingga ada SLB untuk tunanetra (SLB-A), SLB untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistem individualisasi.

       Selain, ada SLB yang hanya mendidik satu kelainan saja, ada pula SLB yang mendidik lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan tunagrahita; SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.

b.) Sekolah Luar Biasa Berasrama

        Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi dengan fasilitas asrama. Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yangdilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB berasrama tinggal diasrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit asrama. 

            Pada SLB berasrama, terdapat kesinambungan program pembelajaran antara yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga asrama merupakan tempat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu, SLB berasrama merupakanpilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar jemput.

c.) Kelas jauh/Kelas Kunjung

                  Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk memberi pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Pengelenggaraan kelasjauh/kelas kunjung merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib belajar serta pemerataan kesempatan belajar. Anak berkebutuhan khusus tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan sekolah-sekolah yang khusus mendidik mereka masih sangat terbatas di kota/kabupaten. Oleh karena itu, dengan adanya kelas jauh/kelas kunjung ini. Dalam penyelenggaraan kelas jauh/kelas kunjung menjadi tanggung jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut berasal dariguru SLB-SLB di dekatnya. Mereka berfungsi sebagai guru kunjung (itenerant teacher). Kegiatan administrasinya dilaksanakan di SLB terdekat tersebut.

d.) Sekolah Dasar Luar Biasa

             Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar LuarBiasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. SDLB keberadaannya hampir mirip dengan SLB, akan tetapi SDLB sesuai adalah sekolah yang diperuntukkan dan untuk menampung anak-anak berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing-masing yang disesuaikan dengan jenis kekhususannya, akan tetapi mereka bersosialisasi secara bersama-sama dalam satu naungan sekolah. SDLB pada hakikatnya adalah SD Negeri Inpres biasa tetapi diperuntukkan bagi anak usia wajib belajar yang memerlukan pendidikan khusus. Dilihat dari keragaman anak di SDLB dengan berbagai jenis kekhususannya tersebut, maka SDLB sebenarnya termasuk sekolah terpadu, akan tetapi terpadu secara fisik bukan terpadu secara akademik.


2. Sekolah Inklusi
Image result for sekolah inklusi

          Pendidikan inklusi merupakan suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang responsif terhadap keberagaman karakteristik dan kebutuhan anak. Di samping itu, pendidikan inklusifdidasarkan pada hak asasi, model sosial, dan sistem yang disesuaikan pada anak dan bukan anak yang menyesuaikan pada sistem. Selanjutnya, pendidikan inklusi dapat dipandang sebagai pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan anak, pendidikan, keberagaman, dan diskriminasi, proses partisipasi dan sumber-sumber yang tersedia (Stubbs, 2002:9).

              Beberapa dokumen internasional yang penting dan mendasari pendidikan inklusi yang telah disepakati oleh banyak negara termasuk Indonesia antara lain, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989, Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua tahun 1990, Peraturan Standar tentang Persamaan Kesempatan bagi para Penyandang Cacat tahun 1993, Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun 1994, Kerangka Aksi Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 dan yang lainnya.

            Secara konseptual, dengan diterapkannya pendidikan inklusi memungkinkan ABK bersekolah di sekolah manapun sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi kenyataannya belum banyak sekolah di Indonesia yang siap menerima ABK dengan berbagai alasan baik alasan teknis maupun nonteknis. Tidak ada peralatan khusus, guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar ABK, hadirnya ABK dapat mengganggu proses belajar-mengajar dan sebagainya sering menjadi alasan untuk tidak menerima ABK.


3. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi
Image result for pendidikan inklusif

     Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anak normal belajar dalam satu atap. 

        Sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu, yaitu sistem pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.

       Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah:
a. Bentuk Kelas Biasa 
       Dalam bentuk keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya pelayanan dan bantuan guru kelas atau guru bidang studi semaksimal mungkin dengan memperhatikan petunjukpetunjuk khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas biasa. Bentuk keterpaduan ini sering juga disebut keterpaduan penuh. 

       Pendekatan, metode, cara penilaian yang digunakan pada kelas biasa ini tidak berbeda dengan yang digunakan pada sekolah umum. Tetapi untuk beberapa mata pelajaran yang disesuaikan dengan ketunaan anak. Misalnya, anak tunanetra untuk pelajaran menggambar, matematika, menulis, membacaperlu disesuaikan dengan kondisi anak. Untuk anak tunarungu mata pelajaran kesenian, bahasa asing/bahasa Indonesia (lisan) perlu disesuaikan dengan kemampuan wicara anak. 

b. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
        Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa dengan menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan menggunakan pendekatan individu dan metode peragaan yang sesuai. Untuk keperluan tersebut, di ruang bimbingan khusus dilengkapi dengan peralatan khusus untuk memberikan latihan dan bimbingan khusus. Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan khusus disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada tingkat ini sering disebut juga keterpaduan sebagian.

c. Bentuk Kelas Khusus
       Dalam keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus mengikuti pendidikan sama dengan kurikulum di SLB secara penuh di kelas khusus pada sekolah umum yang melaksanakan program pendidikan terpadu. Keterpaduan ini disebut juga keterpaduan lokal/bangunan atau keterpaduan yang bersifat sosialisasi.

         Pada tingkat keterpaduan ini, guru pembimbing khusus berfungsi sebagai pelaksana program di kelas khusus. Pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan adalah pendekatan, metode, dan cara penilaian yang digunakan di SLB. Keterpaduan pada tingkat ini hanya bersifat fisik dan sosial, yang artinya anak berkebutuhan khusus yang dipadukan untuk kegiatan yang bersifat non akademik, seperti olah raga, ketrampilan, juga sosialisasi pada waktu jam-jam istirahatatau acara lain yang diadakan oleh sekolah.

tiga alasan mengapa ABK memerlukan layanan pendidikan khusus :
1. Individual differences, manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. memiliki kapasitas intelektual, sosial, fisik, suku, agama yang berbeda, sehingga memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya.
2. Potensi siswa akan berkembang optimal dengan adanya layanan pendidikan khusus
3. Siswa ABK akan lebih terbantu dalam melakukan adaptasi sosial.


#KARENA MEREKA ADA BUKAN UNTUK KITA BEDA-BEDAKAN.












Kamis, 16 Februari 2017

Autis/Autisme/Autistic Disorder (learning disabilities)

Anak Autis/Autisme (Autistic Disorder)

    Autistic Disorder adalah gangguan pada anak yang ditandai dengan 3 hal berikut ini :

1.Mengalami Hambatan Pada Interaksi Sosial

Image result for autism social interaction

Dalam hal ini meliputi berbagai hal berikut ini:


a. Sulit bermain dengan teman sebaya.
b.Sulit untuk menunjuk sesuatu, jika kita menyuruh anak tersebut untuk menunjuk sesuatu,dia tidak akan mengikuti perintah kita
tetapi malah mengalihkannya ke hal-hal lain.
c. Sering tidak menoleh jika dipanggil(cuek).

Image result for autism
d. Kurang ekspresif(muka datar) dan sering menunjukkan ekspresi yang tidak sesuai dengan konteks misalnya,  ketika kita memperlihatkan dia hal-hal yang menakutkan ataupun menjijikan dia bukannya takut ataupun jijik melainkan tertawa, marah, atapun dengan ekspresi lainnya yang tidak sesuai dengan konteks.
e. Sangat sulit untuk menatap mata lawan bicaranya, dalam beberapa peristiwa ada yang mungkin menatap mata lawan bicaranya namun itupun hanya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu sekitar 1-2 detik saja.


Image result for anak autis



f. Hal yang paling umum ialah, anak dengan penyandang autis selalu hidup dengan dunianya sendiri dan tidak pernah mau peduli dengan lingkungan sekitarnya.




Image result for anak autis2.Mengalami Hambatan Dalam Komunikasi




a. Terlambat bicara, jika seorang anak pada usia 18 bulan masih belum bisa mengucapkan 10 kata tunggal (ayah, ibu, sapu ,buku, dan lain sebagainya.) ini bisa menjadi salah satu pertanda anak mengidap autisme.
b. Sulit untuk mengobrol dengan orang lain, karena hal di bagian pertama tadi yaitu anak dengan gangguan autis selalu hidup dengan dunianya sendiri sehingga tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya.




Image result for anak autisc. Bicara tidak sesuai dengan konteks artinya lain pertanyaan yang kita ajukan lain pula jawaban yang anak tersebut berikan.
d. Anak tersebut mampu berbicara namun dengan bahasa yang kita tidak bisa mengerti, kata kasarnya "bahasa planet".



Image result for autism children playing

e. Sulit bermain imajinatif, seperti bermain dokter-dokteran, masak-masakan dan lain sebagainya.
f. Jika kita menunjuk sesuatu lalu menyuruh anak itu untuk melihat benda yang kita tunjuk maka, bukan benda yang kita tunjuk yang dia lihat melainkan jari kita.






3.Adanya Perilaku Berulang atau Minat Yang Aneh atau Terbatas

Image result for flapping autism
a. Anak dengan penyandang autis memiliki perilaku berulang yang tidak wajar, contohnya; memainkan jarinya secara terus-menerus dalam waktu yang cuku lama, melakukan flapping(gerakan seperti mengipas dengan menggunakan kedua tangannya dan masih banyak lagi.
Image result for autism children playing

b. Menyukai hal yang sama secara terus menerus, misalnya saja ada seorang anak yang menyukai suatu jalan yang sering ia lalui ketika pulang dari sekolah menuju ke rumahnya maka ia akan selalu melewati jalan tersebut dan akan sangat marah, menangis bahkan "mengamuk" jika bukan jalan itu lagi yang ia lalui ketika pulang dari sekolahnya.

c. Suka mengurutkan benda-benda dan akan sangat marah jika urutan benda tersebut dirubah.

d. Tidak suka jika barang ataupun sesuatu lain yang menjadi kesukaannya dirubah posisinya.
e. Tidak suka jika rutinitasnya dirubah.
f. Tidak menyukai barang yang disukai oleh anak seusianya, jika anak seusianya menyukai permainan mobil-mobilan lalu memainkan mobil-mobil tersebut layaknya mobil yang nyata maka berbeda dengan anak penyandang autis, mereka hanya akan memainkan bagian rodanya saja ataupun bagian yang lainnya.





catatan : JIKA ANAK MENUNJUKKAN 3 GEJALA DI ATAS SECARA KESELURUHAN  PADA USIA 36 BULAN MAKA KEMUNGKINAN BESAR ANAK TERSEBUT MENGIDAP AUTISME TAPI TENTUNYA PERLU UNTUK KITA LAKUKAN PEMERIKASAAN KESEHATAN LAGI KE DOKTER YANG MENANGANI TERSEBUT AGAR TIDAK TERJADI KEKELIRUAN.