Minggu, 16 April 2017

Hiperaktfitas,distraktibilitas,impulsifitas


Hiperaktfitas,distraktibilitas,impulsifitas



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
                        Dari banyak karakteristik anak tuna laras, ada tiga yang saling terkait dan banyak dijumpai di antara anak-anak, yaitu hiperaktifitas, distraktibilitas, dan impulsifitas. Anak hiperaktifitas bergerak terlalu banyak, anak distraktebel tidak dapat memperhatikan secara wajar, dan anak impulsif suka bertindak tanpa banyak pertimbangan. Karena karakteristiknya, anak-anak ini sering merepotkan orangtua guru maupun teman sebayanya.
            Mulai bab ini, beberapa karakteristik anak tuna laras akan dibahas, terutama karakteristik yang termasuk sering dijumpai di kalangan anak usia sekolah. Kecuali perkembangan kajian atas karakteristik ini, juga dilihat identifikasi, prevalensi, dan etiologi serta penanganannya.



BAB II
PEMBAHASAN
A.   HIPERAKTIFITAS
1.    Pengertian defenisi, dan asesmen.
      Menurut (Kauffman, 1985). Hiperakaktifitas adalah salah satu jenis keluarbiasaan yang paling sering dirujuk oleh orang tua di Amerika Serikat , diperkirakan 3s.d. 5% dsri populasi anak usia sekolah termaksud hiperaktif.
      Di dalam Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder –DSM III ( 1980), karakteristik ( hiperaktifitas, distractebilitas dan implusifitas) disatukan dalam satu kelompok, disebut attention deficit disorder ( gangguan pemusatan perhatian), yaitu:
a.    Distractebilitas: sedikitnya tiga dari gejala berikut
v  Sering tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang dimulainya.
v  Sering tampak tidak mendengarkan.
v  Mudah tertarik/terganggu perhatiannya.
v  Sulit memusatkan  perhatian pada tugas atau pekerjaan yang memerlukan perhatian besar.
v  Tidak dapat bertahan pada satu kegiatan atau permainan.
b.    Implusifitas: sedikitnya tiga dari gejala berikut.
v  Sering bertindak tanpa berfikir.
v  Cepat berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain.
v  Sulit mengatur pekerjaan ( bukan karna kelainan kongitif).
v  Memerlukan banyak pengawasan.
v  Sering berteriak di kelas
v  Tidak sabar menunggu giliran dalam kegiatan- kegiatan kelompok.
c.    Hiperaktifitas: sedikitnya dua dari gejala berikut.
v  Lari berkeliaran atau memanjat berlebihan.
v  Su;it untuk duduk diam atau terlalu banyak bergerak.
v  Sulit untuk disuruh duduk.
v  Terlalu banyak bergerak pada waktu tidur.
v  Selalu bergerak, seakan-akan dikendalikan oleh mesin.
d.    Terjadi sebelum anak berusia tujuh tahun.
e.    Berlamgsung sedikit selama enam bulan.
f.     Bukan karena schizopherenia, gangguan afektif, atau tunagrahita berat.
2.    Penyebab hiperaktif
Penyebab hiperaktif tidak diketahui secara pasti, mungkin karena banyak factor yang diasumsikan menyebabkan hiperaktif ( Kauffman, 1985).
a.      Factor biologis
b.      Psikologis
3.    Pengendaliuan hiperaktifitas
Beberapa teknik yang telah dikembangkan antara lain :
a.    Medikasi
b.    Diet
c.    Modifikasi tingkah laku
d.    Perbandingan antara penggunaan obat dengan modifikasi tingkah laku.
e.    Lingkungan yang terstruktur
f.     Modeling
g.    Biofeedback
B. DISTRAKBILITAS  
1. defenisi dan pengukurannya.
      Distrabilitas merupakan gangguan dalam perhatian, dan karena perhatian merupakan prasyarat dalam proses belajar. Kauffman (1985) mengemukakan masalah dikstrability yang dialami oleh sebagian besar anak luar biasa meliputi 3 hal yaitu:
a.    Short attention span dan frequent attention shifts.
b.    Underselection attention.
c.    Overselective attention.
2. penyebab dikstraktibilitas.
Adalah adanya difungsi otak, keterlambatan perkembngan, dan perkembngan usia mental juga terlambat.
3.pengendalian dikstraktibilitas
Ada beberapa pendekatan yang sering dipakai untuk penanganan distraktibilitas, dan yang paling sering dipakai dan dibuktikan efektifitasnya telah diidentifikasi oleh Kuffman (1985) sebagai berikut:
a.    Lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali.
b.    Modifikasi materi dan strategi pembelajaran.
c.    Modifikasi tingkah laku.
C.IMPULSIFITAS
   1. pengertian dan assesmen
            Seseorng dikatakan impulsif apabila cenderung menuruti kemaun hatinya yang sering salah/tidak pada tempatnya dan terbiasa bereaksi secara cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas-tugas akademik, sehingga sering menimbulkan masalah.
Untuk mengetahui apakah seseorang termasuk implusif,reflektif atau normal, tes yang telah dikembangkan adalah Matching Familiar Figures  Test(MFFT). Hasilnya menunjukkan bahwa pada tes prestasi belajar , waktu respon yang dibutuhkan lebih lama dengan jumlah kesalahan yang relatif kecil. Pada tes MFFT  juga ditemukan bahwa anak-anak impulsif ternyata lebih berhati-hati  dan lebih teliti pada waktu menghadapi soal akademik, daripada pada waktu menghadapi test gambar.

2. Penyebab Impulsifitas
            Ada bermacam-macam asumsi tentang penyebab impulsifitas , seperti faktor keturunan, cemas, faktor budaya, disfungsi syaraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan, dan sebagainya. Tetapi dari sekian banyak teori , teori yang dianggap paling relevan, meskipun belum didukung oleh hasil penelitian, adalah pandangan teori psikoanalisi(Kauffman,1985). Teori ini menyatakan bahwa anak akan menjadi impulsif jika id nya mendominasi kepribadian,sedangkan ego dan superego tidak berkembang sebagai mana mestinya.
3.Pengendalian impulsifitas
            Ada beberapa metode untuk mengendalikan hiperaktifitas. Salah satu diantaranya adalah dengan melatih verbalisasi aktifitasnya , teknik modifikasi tingkah laku, mengajarkan keterampilan pada anak, dan menggunakan teknik LSI.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

            Hiperakaktifitas adalah salah satu jenis keluarbiasaan yang paling sering dirujuk oleh orang tua di Amerika Serikat.
Distrabilitas merupakan gangguan dalam perhatian, dan karena perhatian merupakan prasyarat dalam proses belajar.
Seseorng dikatakan impulsif apabila cenderung menuruti kemaun hatinya yang sering salah/tidak pada tempatnya dan terbiasa bereaksi secara cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial maupun pada tugas-tugas akademik, sehingga sering menimbulkan masalah. 

Rabu, 05 April 2017

ABB (faktor penyebab anak berkesulitan belajar) (Learning Disabilities)


Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Gambar terkait
            Seperti yang telah dikemukakan,definisi NJCLD menyebutkan bahwa kesulitan belajar di duga disebabkan oleh disfungsi neurologis. Meskipun demikian, seperti dikemukakan oleh Hallahan,Kauffman, dan Lloyd(1985: p.16), sesungguhnya yang diketahui tentang penyebab kesulitan belajar masih sangat sedikit. Banyak pandangan-pandangan mengenai faktor-faktor penyebab tersebut, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

A.    Menurut Dalyono (1997:239) menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan dalam belajar, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang timbul dari luar siswa.
1.    Faktor Internal
a.       Sebab yang bersifat fisik: karena sakit, karena kurang sehat atau sebab cacat tubuh.
b.      Sebab yang bersifat karena rohani : intelegensi, bakat, minat,motivasi, faktor kesehatan mental, tipe-tipe khusus seorang pelajar.
2.    Faktor Ekstern
a.       Faktor Keluarga, yaitu tentang bagaimana cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak.
b.      Faktor suasana : suasana sangat gaduh atau ramai. Faktor ekonomi keluarga : keadaan yang kurang mampu.
c.       Faktor Sekolah, misalnya faktor guru, guru tidak berkualitas, hubungan guru dengan murid kurang harmonis, metode mengajar yang kurang disenangi oleh siswa. Faktor alat : alat pelajaran yang kurang lengkap. Faktor tempat atau gedung.
d.      Faktor kurilulum : kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahan terlalu tinggi, pembagian yang kurang seimbang. Waktu sekolahdan disiplin kurang.
e.       Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial, meliputi bioskop,TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Lingkungan sosial meliputi teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.
B.     Menurut Drs. Oemar Hamalik, (2005:117) faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi 4(empat) yaitu:
1.         Faktor-faktor dari diri sendiri, yaitu faktor yang timbul dari dirisiswa itu sendiri, disebut juga faktor intern. Faktor intern antara lain tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat,kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pelajaran,kebiasaan belajar dan kurangnya penguasaan bahasa.
2.         Faktor-faktor dari lingkungan sekolah, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam sekolah, misal cara memberikan pelajaran,kurangnya bahan-bahan bacaan, kurangnya alat-alat, bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan dan penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.
3.         Faktor-faktor dari lingkungan keluarga, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam keluarga siswa, antara lain kemampuan ekonomi keluarga, adanya masalah keluarga, rindu kampung (bagi siswa dariluar daerah), bertamu dan menerima tamu dan kurangnya pengawasan dari keluarga.
4.         Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat, meliputi gangguan dari jenis kelamin lain, bekerja sambil belajar, aktif berorganisasi, tidak dapat mengatur waktu rekreasi dan waktu senggang dan tidak mempunyai teman belajar bersama.

C.     Menurut S.B. Djamarah (2002:201) faktor penyebab kesulitan belajar siswa digolongkan menjadi empat yaitu :
1.      Faktor anak didik, antara lain berhubungan dengan kesehatan siswa seperti keadaan fisik yang kurang menunjang dan kesehatan yang kurang baik. Selain itu faktor lain yang termasuk di dalamnya ialah emosional yang kurang stabil, tidak ada 19motivasi dalam belajar, minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu, sikap dan bakat siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan lain sebagainya.
2.      Faktor sekolah, antara lain alat atau media yang kurang memadai, fasilitas sekolah tidak mendukung, suasana sekolah yang kurang menyenangkan metode mengajar guru. Seringkali penugasan dari guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Akibatnya hanya sebagian kecil anak didik bisa berhasil dengan baik dalam belajar.
3.      Faktor keluarga, fasilitas belajar seperti kurangnya alat-alat belajar di rumah, ekonomi keluarga lemah, perhatian orang tua yang tidak mendukung, hubungan orang tua dengan anak, kondisi dan suasana lingkungan keluarga dan sebagainya.
4.      Faktor masyarakat sekitar, seperti kondisi lingkungan, pergaulan yang kurang bersahabat, aktivitas di dalam masyarakat, media massa dan elektronik dan lain-lain.

D.    Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78-93), menjelaskan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dalam dua golongan atau dua kelompok
a.    Faktor intern (faktor dalam diri siswa itu sendiri)
Faktor-faktor intern yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu faktor fisiologis dan psikologis pada siswa.
1)      Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh, dan sebagainya.
2)      Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa meliputi tingkat intelegensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran yang rendah, minat belajar yang kurang, motivasi yang rendah, dan kondisi kesehatan mental yang kurang baik.
a)      Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1998). Jadi intelegensi sebeneranya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya degan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.Seorang guru sudah sepantasnya menyadari tingkat intelegensi siswa baik yang positif maupun negatif, yang dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa yang bersangkutan. 21Karena itu guru/pembimbing harus tingkat kecerdasan IQ anak agar dapat membimbing siswa-siswanya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam belajar
b)      Bakat
Secara umum, bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, setiap individu pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Slemeto (2003:57) mengatakan bakat kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Dari uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karema anak itu senang belajar dan pastilah selanjutnya anak lebih giat lagi dalam belajaranya itu.
Apabila seseorang harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, dan memiliki rasa tidak senang terhadap belajarnya sehingga ia mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar.


c)      Sikap
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek (Heri Purwanto, 1998 : 62). Menurut Sarwono (2002), sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap yang pasif, rendah diri, dan kurang percaya diri merupakan, faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajar. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajar.
d)     Motivasi
Motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan kegiatan belajar (Sardiman, 2006:75). Motivasi merupakan faktor batin yang berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar (Hamalik, 1990:118)Motivasi belajar dapat dilihat pada minat dan perhatian siswa pada pelajaran, semangat dan keyakinan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar, reaksi yang ditunjukkan 23terhadap stimulus yang diberikan guru, dan rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas-tugas belajar (Sudjana, 1989:61)Motivasi sangadiperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Setiap perubahan selalu didorong oleh motivasi , misalnya belajar yang dipengaruhi oleh motivasi dari individu untuk belajar. Motivasi diperlukan agar individu tersebut dapat mencapai tujuan belajar yaitu sukses dalam belajar.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai kekuatan pendorong, penentu arah dan penyeleksian suatu tindakan yang akan dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi yang dimiliki akan lebih mengarahkan tindakan seseorang cenderung intensif sehingga dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya semakin besar kesuksesan belajarnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, sering meninggalkan pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

e)      Minat
Menurut S.B. Djamaramah (2002: 132) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau 24aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas tersebutsecara konsisiten dengan senang. Sedangkan pengertian minat menurut Winkel (2007: 212) minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Pendapat Abu Ahmadi (2007:151) mengemukakan bahwa minat adalah sikap jiwa seseorang yang setuju pada sesuatu dengan unsur perasaan yang kuat.
Berarti jika siswa merasa senang pada Pengolahan Makanan Kontinental sehingga perhatiannya tertuju pada bidang boga dimulai dengan adanya minat terhadap mata pelajaran ini. Minat siswa terhadap bidang pelajaran apapun tidak dapat dipisahkan dari bakat nyata bidang tersebut. Kalau pelajaran itu dipelajari dan dikaji secara terus menerus, niscaya bisa menghasilkan kecakapan yang lebih besar disertai dengan bertambahnya minat, bukan hanya terhadap bidang itu sendiri tetapi juga terhadap bidang-bidang lain yang berhubungan. Pada kenyataannya, tidak semua siswa memulai bidang studi baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari temannya, gurunya, dan orang tuanya. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa yang serupa itu mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran dan mampu pula mengarahkan segala daya dan 25upayanya untuk menguasaiya, niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil, sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata.
Minat seorang siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran tertentu akan sangat berpengaruh terhadap daya tangkap siswa dalam memahami materi. Apabila dari diri siswa tidak timbul minat untuk belajar maka pelajaran pun tak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
f)       Kesehatan
Badan yang kurang sehat akan menyebabkan lekas lelah, mengantuk, daya konsentrasi hilang dan kurag semangat. Keadaan tersebut mengakibatkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang sehingga otak tak mampu bekerja secara maksimal dalam memproses , mengelola, mengintepretasi dan mengorganisir bahan pelajaran. (Ahmadi dan Widodo, 1991:76)Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelektual, tetapi menyangkut segi kesehatan mental dan emosional.
Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhankebutuhan dan dorongan-dorongan. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi, keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar.

b.Faktor ekstern (faktor dari luar siswa itu sendiri)
Faktor ekstern yang menjadi faktor penyebab kesulitan belajar siswa terdiri dari faktor-faktor yang bersifat sosial dan non sosial. Penjelasannya sebagai berikut:
1)      Faktor- faktor Nonsosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar siswa dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.
2)      Faktor-faktor sosial
Faktor-faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada siswa seperti faktor keluarga, sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.
a)      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Faktor keluarga dapat berpengaruh terhadap proses belajar siswa seperti:
1.      Faktor orang tua meliputi cara mendidik anak, perhatian dan arahan orang tua, keluarga yang mendukung,hubungan orang tua dengan anak dan bimbingan dari orang tua. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, tidak memperhatikan kemajuan anak-anaknya.
2.      Suasana rumah. Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu banyak masalah diantara anggota keluarga menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar anak menurun. Untuk itu hendaknya suasana rumah dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak
3.      Keadaan Ekonomi Keluarga. Keadaan ekonomi yang kurang akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan belajar anak.
b)      Faktor Sekolah
Faktor sekolah merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar siswa. Yang tergolong dalamkategori ini diantaranya yaitu:
a.       Guru.
 (1) Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar. Guru yang tidak kualified atau kurang mampu dalam menentukan mengampu mata pelajaran dan pemilihan metode penmbelajaran yang akan. Hal ini bisa saja terjadi, 28karena mata pelajaran yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya. (2) Hubungan guru dengan murid juga berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa, apabila hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh murid-muridnya, penyebab siswa malas memperhatikan dan mengalami kesulitan dalam belajar. (3) guru menuntut atau menetapkan standar keberhasilan belajar yang terlalu tinggi di atas kemampuan siswa secara umum.
b.      Kondisi gedung sekolah.
Keadaan sekolah ini mencakup mengenai letak gedung sekolah, sarana dan prasara yang tersedia di sekolah. Fasilitas sekolah yang memadahi akan membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar, sebaliknya jika sarana dan prasarana sekolah tidak tersedia dengan baik, maka akan menghambat siswa dalam belajar.
c.       Kurikulum.
Faktor sekolah yang tidak kalah pentingnya yaitu faktor kurikulum. Kurikulum yang kurang baik, misalnya: Bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang, dan adanya pendataan materi. Hal ini akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid.29
c)      Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor lingkungan Masyarakat, faktor ini meliputi: (1) teman bergaul. Anak yang bergaul dengan teman yang tidak sekolah, ia akan malas belajar. Sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah, (2) lingkungan tetangga dan juga (3) aktivitas dalam masyarakat. Terlalu banyak berorganisasi juga akan menyebabkan belajar anak akan terbengkalai dan menyebabkan siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu :
1.      Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi kesehatan, keadaan jasmani dan rohani, intelegensi, perhatian, bakat, sikap, minat dan motivasi
2.      Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi:
a.       Lingkungan keluarga. Yang meliputi suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan perhatian orang tua, pola hubungan orang tua dengan anak, cara orang tua mendidik.
b.      Lingkungan Sekolah. Yang meliputi metode guru mengajar, guru yang tidak kualified, media pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah serta sarana dan prasarana.30
c.       Lingkungan masyarakat. Yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, lingungan tetangga dan teman bergaul.

Minggu, 12 Maret 2017

Pendidikan Anak Tunadaksa(Jenis-jenis Kelainan karena Faktor Bawaan)

Jenis-jenis Kelainan Anak Tunadaksa karena Faktor 
Bawaan(Congenital Deformities)
Related image
Jenis-jenis kelainan karena faktor bawaan(congenital deformities) terbagi menjadi dua yaitu :

1. Kelainan Bawaan Pada Anggota Gerak Atas
a. Syndactilus
       Yaitu kelainan dengan ciri jari tangan kurang dari lima atau tidak memiliki jari.

b. Plydactilus
        Lahir dengan jumlah jari tangan lebih dari lima.

c. Tortocolis
        Leher miring ke kiri atau ke kanan, otot lehernya tegang sebelajh,wajah dan mata tidak simetris.

2. Kelainan Bawaan Pada Anggota Gerak Bawah.
a. Dislokasi Pinggul
        Disebabkan oleh pertumbuhan otot sendi pangkul paha yang tidak sehat sehingga kepala sendi tidak bisa masuk ke dalam mangkok sendi.

b. Genu Recurvatum
        Yaitu jenis kelainan dengan ciri lutut bengkok secara berlebihan ke arah belakang.

c. Cacat Pseudoartithosis
        Jenis kelainan dengan ciri antara terdapat sendi tambahan di antara lutut ataupun di antara mata kaki.

d. Club Foot
   (1)Talipes(pes) Planus atau Platfoot(Telapak kaki datar).
Image result for pes planus

 (2)Pes Calcaneus(Kaki bagian depan terangkat).
Image result for Pes Calcaneus

 (3)Pes Cavus atau High Arch Foot (kaki bagian tengah terangkat).
Image result for Pes Cavus